sayang....
rindu ini takkan pernah berhenti dan mungkin takkan pernah terhenti
karna aku sang perindu yang slalu merindu atas ridhoNya,
desir-desir kerinduan ini bagai bara membakar jantung
gigilkan tubuh rapuh ini, geletarkan aliran darah,
cintamu, kasihmu...
bangkitkan seluruh kelemahanku
seperti pilar yang menjulang kokoh, kekuatan cintamu,
merubah ketakutanku akan luka yang menoreh batin
kau berikan arti pada raga tak berdaya ini
buatku terdiam bisu, buatku bagai tersengat aliran yang kuat
kau luluhkanku, pada ketulusan cintamu
pada sejatinya cintamu,
kau rangkul aku yang berdiri lemah ditegakku
yang sebenarnya lemah tak berdaya
sayang,
kaupun menuntunku pada jalan-jalan bercahya
kau taburi kasih lembutmu sepanjang jejakku melangkah
tiada lelah kau menemaniku di ruang sunyi
yang hanya terdengar detak jam dan desah-desah kelu melirih
pilar-pilar cinta yang kau tegakkan
seakan ingin kau bangun istana cinta untuk kita
yang bertaburkan kasih dan kesetiaan atas segala keridhoanNya
aku bagai bermandikan cahaya damai cintamu
terbasuh sejuk kerinduanmu
yang tak pernah aku rasakan seindah ini, sedamai ini, pun seresah ini,
begitu syahdu senandung rindumu
begitu lembut kasih pun bisikan cintamu
sejukkan kebekuan akan rasa yang mengeram sekian lama
leburkan senandung-senandung rinduku yang hampa
kini telah kau terangi seluruh langit jiwaku
terang dan benderang,
jejakku pun kian tegak berdiri bagai karang dalam genggaman tanganmu
dalam penyatuan asa dan mimpi yang telah mengikat jiwa kita hanya waktu dan keridhoanNya yang kita tunggu dan pinta tiada lelah.
lihatlah aku
walau pelangi ini memudar
ia kan tetap menghias alam
bersenandung rindu dihempasan rasa
tataplah aku
dilayuku kan tetap tegak genggam asa
panji-panji setia takkan patah
telah tertancap pada palung jiwa
lihatlah aku
tataplah aku
rasakanlah jiwa ku
jiwa yang merindu damaimu
jiwa yang sematkan setia
pada darah yang mengalir
perindu yang hanya terbungkus tangisan bisu
perindu yang menyusuri jejak-jejak sunyi gemintang
menutupi perih luka’
terombang ambing diarungan samudra kehidupan
rasakanlah kedalaman jiwa ini
belahlah isi jantung ini
lihatlah darahnya yang melegam
penuh bilur-bilur nyeri
lihatlah detak jantungnya
mendetak sesak
lemah diantara nadi
layu diantara hamparan gersang
tegarku karnamu dan karnaNya.
Saat kata bukan tidak ingin terkatakan,
tapi mencoba memahami dan memberi tempatnya sendiri,
tetap menyimak, mendengar dan memperhatikan
dalam diam.
Mencoba uapkan rasa,
membiarkannya mengambil jalannya
bukan ingin mematikan rasa.
Dari sini tetap menyimak, mendengar, dan memperhatikan
dalam diam.
Simpan rasa jauh lebih dalam,
walau sesekali menyeruak keluar dan mengingatkan
pada siapa rasa terasa.
Hanya bisa diam tanpa kata
walau ada yang terasa
rindu.
Dinda dengarkan aku
Kita harus bicara
Tentang apa arti kita
Karena memendam perihpun
Hatiku berkata
Inilah saatnya...
Segala yang telah terjadi
Hanya terucap kata
Dirimu ada dihatiku
Ketika ku tak kuasa
Jujur seiring waktu
Hingga ku telah bersamanya
Cinta abadi yang terluka
Hingga sekian lama
Kau masih menunggu
Untuk diriku ada dihatimu selalu
Ku yang tak pernah mampu
Tuk ungkapkan semua
Saat kau di dekatku
Maafkan aku
Sadar ku resap hati
Perih yang telah ada
Tak mudah angin
Membawanya pergi
Lupakan berjuta kisah kita
Maafkanlah diriku
Engkau merasakan
Cinta abadi yang terluka
Hingga sekian lama
Kau masih menunggu
Untuk diriku ada dihatimu selalu
Ku yang tak pernah mampu
Tuk ungkapkan semua
Saat kau di dekatku
Maafkan aku
Yang tak pernah bisa mencintaimu
Tak pernah bisa mencintaimu
Walau waktu berjalanpun
Hatiku tenggelam
Ku takkan pernah bisa
Tuk... mencintaimu
Yang tak pernah bisa...
Mencintaimu...
wanitaku dan pagi yang sunyi
pada sisa dingin yang tercerabut waktu
cabar asmaradana menjejak di bias emas mentari
kabarkan asa yang melarungkan seribu jedah padamu
untai seribu rindu di jejak-jejak indah lembah nan biru
wanitaku dan siang yang merindu
netra tatap tapal batas tanpa kedip
rinai sketsa rindupun melamur di pendar semesta
sumbang ucap aksara dalam kilau surya
sandarku pada tiang-tiang penyangga semesta
wanitaku dan senja yang menjingga
pun jingga yang kemudian melamur bersama mentari
hantarkan rasa yang memuncak dalam bisu
diam dalam setiap langkah-langkah rindu
semat asa dan rasa dalam bingkai-bingkai melati
wanitaku dan malam yang hening
pada setiap kata dan aksara yang menjejak
jemari menari ungkap misteri waktu
sibak setiap hembusan dingin bayu lembahku
dan berharap hantar rindu padamu di penghujung waktu.
Suara hati terlempar ke sudut sunyi
Kini semua ?tatapku sinis,
Tatapan bengis mengiris nadi di tiap ulu nadi
Hati merintih miris menggaris kata nurani
Kau hilang dalam sekelebat bayang semu
Bayang bayang menghantam titik kalbu hingga buatku tertunduk lesu
Kelu membisu tertangkup dalam ruang kalbu
Itukah wajah sejatimu,..?
Tusukku dengan beribu ribu luka hingga ke rongga hati
Menusuk dalam hiingga ke nadi birunya
Angan mati, hati menjerit terlempar ke sudut sepi
Masa menguak tabir kelam tentang cerita lalu
Galau meraja menyekat hati
Risau yang membadai membunuh asa yang terkapar mati
Luka rengkuhku
Derita pelukku
Semua sirna dalam sedetik saja
Hampa meraja hingga ke sudut jiwa
Wahai pelukis senja
Dimana kau sembunyikan indah kuning jingganya
Yang selalu ?menghias langit sore tadi.
Ingat saat kita berdua
Duduk di bawah malam
Memandang indah bintang yang berpijar di hati
Berjanji kita berdua
Untuk tetap setia meski berbeda
Ingat saat kita berdua
Meraba cinta itu
Bertanya-tanya pada waktu yang terus berjalan
Dan kau bisikan kata cinta pasti abadi
Hingga waktu itu tiba
Kau datang dan pergi
Yang beri selalu aku senyuman
Di setiap mimpi
Kau datang dan pergi
Menjadi satu kenangan
Ingat saat kita berdua
Dalam tangis dan tawa
Tak kau keluhkan wajah cantik walau terluka
Terucap kata jika
Hanya kau yang mengerti aku disaat aku lelah
Dan tak pernah akan sudah
Aku dan kamu
Pernah satu
Walau perbedaan selalu ada di hati
Jika semua ini apa adanya
Kuingin engkau mengenang
Disini aku mengenangmu.
Saat indah dalam hidupku
Saat aku bertemu denganmu
Kau anugerah yang tercipta
Begitu nyata
Kau tercantik dalam hidupku
Walaupun orang tak berkata begitu
Kuingin kau disampingku
Selamanya...
Bila engkau menerima cintaku
Aku akan setia kepadamu
Karena dirimu yang selama ini
Kucari...
Bila engkau menerima cintaku
Aku akan slalu jujur untukmu
Karna dirimu yang selama ini
Di hati...
Kata cinta yang kumiliki
Ingin memberi semua yang terbaik
Berharap ku tak berlebih di hatimu...
Kau tercantik dalam hatiku
Walaupun orang tak berkata begitu
Ku ingin kau disampingku
Selamanya....
Secuil rasa yang belum sempurna ini
Yang senantiasa menghantui tiap tidurku
Menghadirkan bayang-bayang imaji dalam mimpi
Yang kemudian memberikan senyum pada pagiku
Menebarkan ceria hingga kembali malamku
Ah, seandainya rasa ini hadir sejak dahulu
Seandainya rasa ini sudah lama dalam hatiku
Mungkin tak akan pernah luka itu tergores
Dan mungkin tak akan ada darah jiwa yang menetes
Rasa ini begitu indah, padahal ia belum sempurna
Ia tak henti mendera jiwa dalam rindu yang menyiksa
Sungguh aku ingin menyempurnakan rasa ini, Tuhan
Tapi aku hanya terlalu takut rasa ini tak terbalas
Sedangkan rasa ini sudah memenuhi rongga dada
Dan rindu ini sudah menyesakkan jalan nafasku
Dan lagi, hanya Engkau yang paling mengerti, Tuhan.