Rabu, 19 Oktober 2011

Sentuh GelapKu

Untukmu ...Bunga yang bersemi di dalam gelap abadi,
yang tak pernah tahu kapan ia tumbuh.
berkembang, berbunga, lalu layu..
semua tertutup gelap

Aku yang terporosok dalam dimensi tak terdefinisi
tempat jiwa-jiwa kegelapan mengadu,
tempat bersemayamnya sang iblis
yang takluk dan terisak dalam penyesalannya

Kau, Cahaya yang turun dari surga, membekukan yang dingin dan mendinginkan yang beku

Kau sentuh gelapku dengan cahayamu membuatku termangu sejenak hingga ku menyadari bahwa waktu tlah menipuku....

salahkah aku????
salahkah aku jika aku turut mengagumi sosokmu itu???

Tapi, aku tak pernah berpikir terlalu jauh
karena aku tak berani
aku takut cahayamu tak pernah lagi menghampiri

Maaf...maafkan aku...
Jika cahayamu memang untukku
tunggulah kesejatian itu kan kutawarkan padamu

Yang Tak Pernah Bisa Mencintaimu

sayang....
rindu ini takkan pernah berhenti dan mungkin takkan pernah terhenti
karna aku sang perindu yang slalu merindu atas ridhoNya,
desir-desir kerinduan ini bagai bara membakar jantung
gigilkan tubuh rapuh ini, geletarkan aliran darah,

cintamu, kasihmu...
bangkitkan seluruh kelemahanku
seperti pilar yang menjulang kokoh, kekuatan cintamu,
merubah ketakutanku akan luka yang menoreh batin

kau berikan arti pada raga tak berdaya ini
buatku terdiam bisu, buatku bagai tersengat aliran yang kuat
kau luluhkanku, pada ketulusan cintamu
pada sejatinya cintamu,
kau rangkul aku yang berdiri lemah ditegakku
yang sebenarnya lemah tak berdaya

sayang,
kaupun menuntunku pada jalan-jalan bercahya
kau taburi kasih lembutmu sepanjang jejakku melangkah
tiada lelah kau menemaniku di ruang sunyi
yang hanya terdengar detak jam dan desah-desah kelu melirih

pilar-pilar cinta yang kau tegakkan
seakan ingin kau bangun istana cinta untuk kita
yang bertaburkan kasih dan kesetiaan atas segala keridhoanNya

aku bagai bermandikan cahaya damai cintamu
terbasuh sejuk kerinduanmu
yang tak pernah aku rasakan seindah ini, sedamai ini, pun seresah ini,

begitu syahdu senandung rindumu
begitu lembut kasih pun bisikan cintamu
sejukkan kebekuan akan rasa yang mengeram sekian lama
leburkan senandung-senandung rinduku yang hampa

kini telah kau terangi seluruh langit jiwaku
terang dan benderang,
jejakku pun kian tegak berdiri bagai karang dalam genggaman tanganmu
dalam penyatuan asa dan mimpi yang telah mengikat jiwa kita hanya waktu dan keridhoanNya yang kita tunggu dan pinta tiada lelah.


lihatlah aku
walau pelangi ini memudar
ia kan tetap menghias alam
bersenandung rindu dihempasan rasa

tataplah aku
dilayuku kan tetap tegak genggam asa
panji-panji setia takkan patah
telah tertancap pada palung jiwa

lihatlah aku
tataplah aku
rasakanlah jiwa ku

jiwa yang merindu damaimu
jiwa yang sematkan setia
pada darah yang mengalir

perindu yang hanya terbungkus tangisan bisu
perindu yang menyusuri jejak-jejak sunyi gemintang
menutupi perih luka’
terombang ambing diarungan samudra kehidupan

rasakanlah kedalaman jiwa ini
belahlah isi jantung ini
lihatlah darahnya yang melegam
penuh bilur-bilur nyeri

lihatlah detak jantungnya
mendetak sesak
lemah diantara nadi
layu diantara hamparan gersang
tegarku karnamu dan karnaNya.


Saat kata bukan tidak ingin terkatakan,
tapi mencoba memahami dan memberi tempatnya sendiri,
tetap menyimak, mendengar dan memperhatikan
dalam diam.

Mencoba uapkan rasa,
membiarkannya mengambil jalannya
bukan ingin mematikan rasa.

Dari sini tetap menyimak, mendengar, dan memperhatikan
dalam diam.

Simpan rasa jauh lebih dalam,
walau sesekali menyeruak keluar dan mengingatkan
pada siapa rasa terasa.
Hanya bisa diam tanpa kata
walau ada yang terasa
rindu.


Dinda dengarkan aku
Kita harus bicara
Tentang apa arti kita
Karena memendam perihpun
Hatiku berkata

Inilah saatnya...

Segala yang telah terjadi
Hanya terucap kata
Dirimu ada dihatiku
Ketika ku tak kuasa
Jujur seiring waktu
Hingga ku telah bersamanya

Cinta abadi yang terluka
Hingga sekian lama
Kau masih menunggu
Untuk diriku ada dihatimu selalu
Ku yang tak pernah mampu
Tuk ungkapkan semua
Saat kau di dekatku
Maafkan aku

Sadar ku resap hati
Perih yang telah ada
Tak mudah angin
Membawanya pergi
Lupakan berjuta kisah kita
Maafkanlah diriku
Engkau merasakan

Cinta abadi yang terluka
Hingga sekian lama
Kau masih menunggu
Untuk diriku ada dihatimu selalu
Ku yang tak pernah mampu
Tuk ungkapkan semua
Saat kau di dekatku
Maafkan aku
Yang tak pernah bisa mencintaimu
Tak pernah bisa mencintaimu
Walau waktu berjalanpun
Hatiku tenggelam
Ku takkan pernah bisa
Tuk... mencintaimu

Yang tak pernah bisa...
Mencintaimu...

wanitaku dan pagi yang sunyi
pada sisa dingin yang tercerabut waktu
cabar asmaradana menjejak di bias emas mentari
kabarkan asa yang melarungkan seribu jedah padamu
untai seribu rindu di jejak-jejak indah lembah nan biru

wanitaku dan siang yang merindu
netra tatap tapal batas tanpa kedip
rinai sketsa rindupun melamur di pendar semesta
sumbang ucap aksara dalam kilau surya
sandarku pada tiang-tiang penyangga semesta

wanitaku dan senja yang menjingga
pun jingga yang kemudian melamur bersama mentari
hantarkan rasa yang memuncak dalam bisu
diam dalam setiap langkah-langkah rindu
semat asa dan rasa dalam bingkai-bingkai melati

wanitaku dan malam yang hening
pada setiap kata dan aksara yang menjejak
jemari menari ungkap misteri waktu
sibak setiap hembusan dingin bayu lembahku
dan berharap hantar rindu padamu di penghujung waktu.


Suara hati terlempar ke sudut sunyi
Kini semua ?tatapku sinis,
Tatapan bengis mengiris nadi di tiap ulu nadi
Hati merintih miris menggaris kata nurani

Kau hilang dalam sekelebat bayang semu
Bayang bayang menghantam titik kalbu hingga buatku tertunduk lesu
Kelu membisu tertangkup dalam ruang kalbu

Itukah wajah sejatimu,..?
Tusukku dengan beribu ribu luka hingga ke rongga hati
Menusuk dalam hiingga ke nadi birunya
Angan mati, hati menjerit terlempar ke sudut sepi

Masa menguak tabir kelam tentang cerita lalu
Galau meraja menyekat hati
Risau yang membadai membunuh asa yang terkapar mati

Luka rengkuhku
Derita pelukku
Semua sirna dalam sedetik saja
Hampa meraja hingga ke sudut jiwa

Wahai pelukis senja
Dimana kau sembunyikan indah kuning jingganya
Yang selalu ?menghias langit sore tadi.
Ingat saat kita berdua
Duduk di bawah malam
Memandang indah bintang yang berpijar di hati
Berjanji kita berdua
Untuk tetap setia meski berbeda

Ingat saat kita berdua
Meraba cinta itu
Bertanya-tanya pada waktu yang terus berjalan
Dan kau bisikan kata cinta pasti abadi
Hingga waktu itu tiba

Kau datang dan pergi
Yang beri selalu aku senyuman
Di setiap mimpi
Kau datang dan pergi
Menjadi satu kenangan

Ingat saat kita berdua
Dalam tangis dan tawa
Tak kau keluhkan wajah cantik walau terluka
Terucap kata jika
Hanya kau yang mengerti aku disaat aku lelah
Dan tak pernah akan sudah

Aku dan kamu
Pernah satu
Walau perbedaan selalu ada di hati
Jika semua ini apa adanya
Kuingin engkau mengenang
Disini aku mengenangmu.

Saat indah dalam hidupku
Saat aku bertemu denganmu
Kau anugerah yang tercipta
Begitu nyata

Kau tercantik dalam hidupku
Walaupun orang tak berkata begitu
Kuingin kau disampingku
Selamanya...

Bila engkau menerima cintaku
Aku akan setia kepadamu
Karena dirimu yang selama ini
Kucari...

Bila engkau menerima cintaku
Aku akan slalu jujur untukmu
Karna dirimu yang selama ini
Di hati...

Kata cinta yang kumiliki
Ingin memberi semua yang terbaik
Berharap ku tak berlebih di hatimu...

Kau tercantik dalam hatiku
Walaupun orang tak berkata begitu
Ku ingin kau disampingku
Selamanya....
Secuil rasa yang belum sempurna ini
Yang senantiasa menghantui tiap tidurku
Menghadirkan bayang-bayang imaji dalam mimpi
Yang kemudian memberikan senyum pada pagiku
Menebarkan ceria hingga kembali malamku

Ah, seandainya rasa ini hadir sejak dahulu
Seandainya rasa ini sudah lama dalam hatiku
Mungkin tak akan pernah luka itu tergores
Dan mungkin tak akan ada darah jiwa yang menetes

Rasa ini begitu indah, padahal ia belum sempurna
Ia tak henti mendera jiwa dalam rindu yang menyiksa
Sungguh aku ingin menyempurnakan rasa ini, Tuhan
Tapi aku hanya terlalu takut rasa ini tak terbalas
Sedangkan rasa ini sudah memenuhi rongga dada
Dan rindu ini sudah menyesakkan jalan nafasku

Dan lagi, hanya Engkau yang paling mengerti, Tuhan.

I ♥ U [Friends]



kadang aku terdiam di satu titik dan berpikir "salahkah aku mencintaimu?" Tapi aku tersadar bahwa tak bisa memilih kepada siapa aku akan jatuh cinta. Tapi...

Aku sadar sepenuh jiwa dan ragaku bahwa memilikimu, bahkan untuk mendekati pun aku tak akan mampu. Meskipun keingingin untuk menjadi seseorang yg memilikimu terasa begitu menyiksa jiwa, keinginan untuk jadi orang yang bisa kau andalkan, keinginan untuk jadi sosok yang kehadirannya kau rindukan.

apakah kau tahu bahwa untuk berharap pun aku tak berani ? Berharap suatu saat kau akan menggenggam jemariku dan tersenyum kepadaku. Sebuah harapan.. Bukan, itu adalah sebuah impian...

Kau tentu telah tau betapa aku mengagumimu dan menyanyangimu.. Tapi sadarkah kau, bahwa aku tak pernah menyatakannya langsung ? aku tak berani... Karena tak ada hal yang bisa kuperbuat untuk membuktikannya..

Aku sadar. Bahwa aku adalah seorang sahabat bagimu. Ingin aku merasa cukup dengan itu. Tapi bisa kah kau mengerti tentang rasa rindu yang dalam padamu yang menghantuiku di setiap gelap datang ?

Ingin rasanya aku menjadi orang yang mampu membuatmu tersenyum, orang yang kau harapkan untuk menghapus air matamu, jadi orang yang bisa menghilangkan amarahmu, menjadi air untuk menenangkan apimu...

Kenapa ? Pertanyaan itu terus datang. Kenapa perasaan ini ada padaku? Rasanya telah lama sekali aku terperangkap di sini. Meskipun kadang menghilang di tengah penuhnya pikiran, bayangmu akan kembali datang ketika sunyi menghampiri... Dan pertanyaan itu muncul "apa kabarnya dia? Bahagiakah dia dengan pangerannya?"

Aku tahu dan mengerti bahwa perasaan ini tak berguna untukmu dan hanya membebanimu.. Tapi mengertikah kau kalau perasaan ini juga membebaniku ? Bahkan jauh lebih berat. Taukah kau beban mencintaimu ? Mencintaimu yang tak bisa dimiliki, mencintaimu yang tak bisa didekati, mencintaimu yang ada di kelas yang berbeda?

Aku jauh, sangat jauh dari mengerti tentang ini...


I............[♥]............U